Minggu, 12 Mei 2013

Silogisme Kategorial


Silogisme Kategorial
Merupakan silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme dikenal dengan premis, dimana ketika term dari premis tersebut menjadi predikat disebut premis mayor, dan apabila term dari premis tersebut menjadi subjek maka disebut premis minor.  Ketentuan dan Hukum dari silogisme kategorial dapat didefinisikan secara jelas di bawah ini:

  •     Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Mayor:  Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Minor: Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Konklusi: Maka, Sebagian makanan tidak halal dimakan.

  • Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh;
Mayor: Semua korupsi tidak disenangi.
Minor: Sebagian pejabat korupsi.  
Konklusi: Maka; Sebagian pejabat tidak disenangi.

  • Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak resmi diambil sebauah kesimpulan.
Contoh;
Premis 1:  Beberapa politikus tidak jujur.
Premis 2:  Bambang adalah politikus.
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan pun, maka hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian) yakni: Bambang mungkin tidak jujur.

  • Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan karena tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulanpun dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh;
Premis 1: Kelinci bukan bunga mawar.
Premis 2: Beruang bukan bunga mawar.

  •  Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. 
Contoh;
Premis 1: Semua ikan berdarah dingin.
Premis 2: Binatang ini berdarah dingin.

Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh;
Premis 1: Kerbau adalah binatang (premis 1).
Premis 2: Kambing bukan kerbau (premis 2).
Maka, kambing bukan binatang ? Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif.


  • Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.


Contoh;
Premis Mayor: Bulan itu bersinar di langit.
Premis Minor: Januari adalah bulan

Maka: Januari bersinar dilalngit? Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya. 

Contoh;
a. kucing adalah binatang (premis1).
b. Domba adalah binatang (premis 2).
c. Beringin adalah tumbuahan (premis3).
d. Sawo adalah tumbuhan (premis4).


Contoh kalimat Silogisme:

Tidak ada Manusia yang tidak luput dari dosa.
Anto adalah Manusia.
Jadi, Anto tidak luput dari dosa.


Semua Ikan berenang.
Kodok bukan ikan.
Jadi kodok tidak berenang.

Sabtu, 11 Mei 2013

Penalaran Induktif


Penalaran Induktif
Apabila dalam postingan blog untuk tugas softskill Bahasa Indonesia 2 sebelumnya saya sudah membahas mengenai Penalaran Deduktif, maka pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai Penalaran Induktif. Masih dalam topic yang sama dimana dikenal penalaran sebagai proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian, sehingga terbentuk berbagai proposisi – proposisi baru atau proposisi sejenis dimana proposisi yang dijadikan sebagai dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Penalaran Induktif adalah suatu penalaran guna menarik kesimpulan berupa prinsip yang berpangkal dari peristiwa khusus berdasarkan fakta khusus yang mana prosesnya dikenal sebagai induksi sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu :
  • Generalisasi
Pernyataan yang berlaku umum untuk keseluruhan atau sebagian gejala awal peristiwa khusus guna mengambil sebuah kesimpulan.

Contoh:
Bila dikatakan Sepeda Motor adalah media transportasi, maka pengertian sepeda, motor dan media transportasi merupakan sebuah hasil generalisasi. Dari berbagai tipe media transportasi (masal dan pribadi) didapatkan sebuah gagasan mengenai media transportasi, sedangkan media transportasi terlahir pula abstraksi yang lebih tinggi akan berbagai alat transportasi.

Dari segi bentuknya Generalisasi dibedakan menjadi loncatan induktif dan bukan loncatan induktif,

Generalisasi tanpa loncatan induktif (Generalisasi tidak sempurna):
Dikataka tidak sempurna karena fakta – fakta tidak cukup banyak memberi keyakinan sehingga mempersulit untuk menyerang kembali. Namun, selama jumlah sampel yang diteliti terwakili dan bervariasi serta dipertimbangkannya hal – hal yag menyimpang (kebiasaan) secara umum maka prosedur pengujian kebenaran generalisasi masih dapat diuji dan didapatkan.
Misalkan:
‘Hampir seluruh orang di Indonesia menderita sakit Jantung.’
(untuk menyelidiki penyakit yang diderita orang Indonesia, maka dibutuhkan ratusan sample untuk menyimpulkannya.)

Generalisasi loncatan induktif (Generalisasi Sempurna):
Terjadi dimana seluruh fenomena menjadi dasar penyimpulan penyelidikan
Misal: sensus penduduk

  • Analogi
Proses perbandingan dari dua hal yang berlainan berdasarkan hal yang dianggap sama lalu ditarik sebuah kesimpulan dari sebuah pendapat khusus dengan cara membandingkan kondisinya. Tujuan dari analogi adalah untuk mengungkapkan kekeliruan dengan disusunnya sebuah klarifikasi dan untuk meramalkan kesamaan.
Contoh:
Ketertarikan akan Planet Mars karena persamaan dengan Planet Bumi. Mars dan Bumi masih menjadi anggota tata surya. Mars dan Bumi memiliki atsmosfir yang sama. Temperaturnya juga masih sama seperti Bumi. Jika di Planet Bumi ada mahkluk, maka tidaklah mungkin ada makhluk hidup di Planet Mars.

  • Kausal
Adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebuah penyebab, sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Tujuan Klausal berlangsung dalam tiga pola yakni:
 - Sebab ke Akibat (dari peristiwa penyebab dianggap sebagai kesimpulan sebagai dampaknya),
 -  Akibat ke Sebab (dari peristiwa akibat dianggap sebagai penyebab yang mungkin menimbulkan  
    akibat)
 - Akibat ke Akibat (dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang timbulkan  
    kesamaan akibat)

Contoh:
Pada Minggu pagi terjadi banjir bandang. Sebelumnya memang daerah tersebut sering mendapat banjir kiriman. Ditambah lagi dengan didirikannya bangunan – bangunan liar di pinggir kali. akibatnya ratusan pedagang mengalami kerugian karena barang dagangannya rusak terendam banjir.