Penderitaan memang selalu hadir dalam kehidupan kita, tidak berarti hidup adalah menderita / hidup adalah untuk penderitaan. namun "Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah Perjuangan". Jadi mau tidak mau kita selalu dituntut untuk terus berjuang dlam hal apapun. dan percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang sia - sia. Setelah perjuangan terlaksana dan pasrah kepada Tuhan. maka dari itulah gunanya bersosialisasi, dengan bersosialisasi
kita dapat saling membantu dalam susah maupun senang dengan sesama manusia dalam menyelesaikan masalah dan menyelesaikan penderitaan. namun jangan lupa disertai doa pula.
Manusia hanya merencanakan selebihnya adalah kehendak Tuhan.
Waspada akan penderitaan boleh dalam berbagai hal namun tetap kita tidak dapat menghindar dari penderitaan, satu - satunya jalan keluar adalah dengan melewatinya. Hal ini nampak bila ditinjau jenjang karir sejarah orang - orang besar disekitar kita yang benar - benar berhasil oleh karena usahanya sendiri dan bantuan Tuhan.
Penderitaan kerap kali disebar luaskan dan diumumkan di berbagai media layaknya Surat Kabar, TV, Radio, Internet dengan maksud mengetuk hati kita selaku pembaca dan pendengar media untuk menggerakan rasa empati* rasa kemanusiaan agar dapat turut berbelasungkawa atas penderitaan yang terjadi dan selaku manusia sosial yang saling tolong menolog megggerakan hati kita untuk membantu mereka yang menderita karena bencana, dan penderitaan lainnya.
Penyebab penderitaan banyak disebabkan oleh berbagai hal di bawah ini :
- Hubungan tidak baik antara manusia dengan manusia yang mengakibatkan penderitaan didasari rasa dengki, iri, sakit hati, kejam serta alasan lain yang mendasari perbuatan buruk manusia lain terhadap sesama yang dapat memicu penderitaan entah itu dari korban yang mengalami maupun pelaku yang mengalami derita.
- Hubuan tidak baik antara manusia dengan Alam yang mengakibatkan bencana, kurangnya kesadaran manusia untuk merawat alam dan bahkan manusia yang sengaja merusak alam dengan
- Ketamakan hanya karena masalah uang sehingga terjadi berbagai becana seperti Longsor.
- Penderitaan karena cobaan, disini kita dituntut akan kesetiaan kita melalui suatu cobaan dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan meberikan suatu cobaan diluar kemampuan umat-Nya.
berbagai pengaruh dari penderitaan dapat dikategorikan bersifat positif dan negatif tergantung dari bagaimana manusia menghadapi kenyataan ini,
apabila menyikapi secara positif dengan mudah ia bisa menepis pegaruh penderitaan itu dengan contoh motto yang telah saya berikan bahwa
"Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah Perjuangan". jadi dia bisa kuat menghadapi penderitaan da selalu berusaha kuat untuk menghadapi penderitaan.
Lawannya adalah sika negatif dalam menghadapi penderitaan, ini efek terparahnya yakni penyesalan, minder berlebihan, tidak bahagia, selalu putus asa manusia mudah
meyerah dalam hidup dan tidak sedikit yang lebih memilih mati meskipun mati bukanlah cara untuk menyelesaikan penderitaan.
STUDI KASUS
Kisah Nyata
Berjuang Melawan Bakteri Pemakan Daging
Ketika kesadarannya mulai pulih, Sandy Wilson mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit tempatnya selama ini bekerja sebagai perawat. Ia masih ingat beberapa waktu sebelumnya ia baru saja melahirkan dan dokter mengatakan ia menderita infeksi. Tapi, ia tak siap melihat apa yang tersembunyi di balik selimutnya.
"Waktu saya melihat ke bagian perut, hampir tidak ada lagi kulit yang menutupi sehingga saya bisa melihat organ-organ dalam. Isi perut saya juga terlihat. Saya pikir saya tidak akan bisa hidup dengan kondisi seperti itu," katanya.
Dalam dunia kedokteran, memang sangat jarang terjadi kasus seperti yang dialami Wilson. Ia menderita infeksi bakteri "pemakan daging". Biasanya hal ini terjadi pada orang-orang yang obesitas, penderita diabetes, pasien kanker, penerima donor organ dan mereka yang memiliki sistem imun lemah. Hingga saat ini infeksi tersebut sudah menelan 20 korban jiwa.
Bakteri "pemakan daging" ini merupakan jenis bakteri streptokokus. Nama resminya adalah necrotizing fasciitis. Di negara maju terdapat tren baru superbug atau bakteri yang kebal obat seperti MRSA kini bisa menyebabkan toksin "pemakan daging" dan menyebabkan infeksi seperti yang dialami Wilson.
Penderitaan Wilson berawal dari operasi caesar yang dilakukannya pada bulan April 2005. Ia melahirkan bayi laki-laki yang sehat yang diberi nama Christopher. Malang, pasca operasi ia menderita gangguan pembekuan darah dan harus menerima komponen darah yang dikumpulkan dari ribuan pendonor.
Beberapa minggu kemudian Wilson diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun tak sampai dua hari, di bagian luka operasinya muncul cairan dan tekanan darahnya anjlok. Ia lalu dilarikan ke gawat darurat. Begitu melihat lukanya, dokter di rumah sakit tersebut menyatakan tidak sanggup.
Wilson lalu dipindah ke Baltimore's Shock Trauma Center, AS, rumah sakit yang secara khusus menjadi rujukan kasus-kasus sangat gawat dan mengancam hidup. Secara kebetulan, Wilson merupakan perawat di bagian anak di rumah sakit itu.
"Ketika ia datang ke sini, kondisinya sangat kritis. Kebanyakan pasien tidak bis a bertahan hidup. Namun, fakta bahwa ia perawat di rumah sakit ini dan ia baru memiliki bayi membuat kami berusaha keras menyelamatkannya," kata Dr.Thomas Scalea, dokter kepala bagian Shock Trauma.
Selama dua minggu Wilson berada di bawah pengaruh obat bius sementara dokter memotong jaringan di perutnya yang sudah busuk dan mengeringkan cairan. Tak terhitung jumlah operasi yang sudah dilakukan dokter. "Mungkin lebih dari 40 kali," kata Scalea.
Ketika kondisinya stabil, dokter akan membuatnya tersadar dan mengijinkan keluarga menjenguknya. Sayangnya dokter tidak mengijinkan Christopher, putranya, di bawa karena khawatir terkena infeksi.
Untuk mengobati rasa kangen, suami membawakannya foto-foto perkembangan bayi mereka. Akhirnya, setelah beberapa bulan, dokter boleh mengijinkan Christopher di bawa ke ruang isolasi. "Mereka mengenakan baju khusus pada putraku dan mengizinkanku menyentuh Christopher untuk pertama kalinya," kata Wilson.
Hari demi hari, bakteri yang sudah tinggal dalam tubuh Wilson terus menunjukkan "taringnya". Sedikit demi sedikit bagian perut Wilson digerogoti. Selama dua tahun berikutnya ia harus masuk ke ruang rehabilitasi karena ia menderita fistulas, lubang di bagian perut yang menembus kulitnya.
"Sungguh mengerikan, setiap saat saya merasakan sakit. Yang paling menyedihkan adalah saya tidak bisa menjalani peran saya sebagai ibu. Selama 11 tahun saya bekerja sebagai perawat di bagian anak, namun kini saya tidak bisa memandikan dan memeluk anak saya sendiri," ujarnya sendu.
Ia bahkan merasa terlalu lemah untuk memegang sebuah majalah. Penglihatannya pun menjadi buram, efek samping dari obat-obatan yang diminumnya. Kepada sang ibu ia sering mengeluh tak kuat lagi menanggung penderitaan yang dialaminya.
Berkat Reiki dan akupuntur, Wilson mendapat sedikit kenyamanan dan ketenangan ketika ia sudah merasa sangat putus asa. Namun di akhir tahun 2006, kondisinya memburuk. Livernya bermasalah dan ususnya hanya tinggal beberapa inci. Hanya ada satu solusi yang ditawarkan dokter: transplantasi perut.
Operasi cangkok yang ditawarkan dokter baru terlaksana pada Desember 2007 dan dinyatakan sukses. Karena kerusakannya sudah demikian parah, dokter mencangkokkan usus besar juga. Sebulan kemudian ia sudah bisa makan salad, cake dan lasagna. "Rasanya sungguh luar biasa bisa mengunyah sesuatu dan merasakan rasa berbeda di mulut setelah sekian lama," katanya.
Sayangnya, awan mendung kembali datang. Ia menderita peritonitis, inflamasi serius dan ia terpaksa harus makan lewat selang lagi. Ketika kondisinya berangsur pulih, dokter mengijinkannya makan secara perlahan. Ia juga mulai belajar berjalan.
Perlahan tapi pasti Wilson mengalami kemajuan. Meski secara psikologis ia harus menghadapi cobaan baru, suaminya menceraikannya di tahun 2009.
Di akhir tahun 2008 Wilson diperbolehkan pulang meski ia harus terus mengonsumsi obat imun-suppresing seumur hidupnya. Namun beberapa kali ia harus masuk rumah sakit untuk memastikan perut yang dicangkokannya tidak mendapat penolakan oleh tubuhnya. Di perutnya kini terdapat bekas luka dan parut. Namun ia tetap bersyukur bisa melalui tahun-tahun penderitaannya.
"Hidup saya saat ini terasa normal. Saya bisa mengajak Christopher jalan-jalan ke taman. Saya ingin menikmati setiap waktu yang saya miliki dengannya," katanya. Ia juga berencana untuk mengambil kursus untuk menyegarkan ilmunya dan bersiap-siap untuk kembali bekerja sebagai perawat. "Saya ingin membantu orang lain yang juga mengalami penyakit seperti ini," katanya.
Total pengobatan Wilson diperkirakan telah menghabiskan 5 juta dollar AS yang awalnya dibayarkan oleh pihak asuransi kemudian dibantu oleh pemerintah.
Rabu, 11 Agustus 2010 | 11:00 WIB KOMPAS.com
OPINIIronis sungguh penderitaan wilson, Setelah terkena infeksi bakteri "pemakan daging", menderita fistulas lubang di bagian perut yang menembus kulitnya lalu
Livernya bermasalah dan ususnya hanya tinggal beberapa inci, dan harus transplantasi perut dan mencangkok usus besarnya, baru saja selesai satu masalah
tidak lama setelah itu Ia menderita peritonitis, inflamasi serius dan ia terpaksa harus makan lewat selang lagi. serta total biaya 5 juta dollar AS yang terus ia keluarkan untuk
biaya pengobatannya meskipun pada awalnya dibayarkan oleh pihak asuransi kemudian dibantu oleh pemerintah.
bukan hanya pada fisiknya namun penderitaan pada batinnya lah yang membuatnya lemah tak berdaya yakni tidak bisa menjalani peran sebagai Ibu.
ia tidak bisa memandikan dan memeluk anaknya sendiri, belum lagi suaminya menceraikannya di tahun 2009.
namun ia tidak menyerah dalam menghadapi tantangannya, ia percaya bahwa Tuhan selalu dan tidak pernah lelah menjaga dan memberkatinya. satu persatu tantangan, penderitaan, belajar berjalan, operasi demi operasi dilakukannya untuk proses kesembuhannya dan untuk buah hatinya Christopher.
Berkat Tuhan pun tidak main - main setelah usahanya yang sedemikian hebat menghadapi segala tantangan, Mujizat pun datang, Kemajuan terus mengarah ke hal yang baik sehingga kini ia bisa lepas dari penderitaan akan rasa sakit, hidupnya yang sudah normal melewati hari - hari bersama Christopher sang buah hati dengan sukacita.
Opini saya andalkan Tuhan selalu dalam segala usaha melepaskan diri dan perjuangan menghadapi penderitaan.