Kemiskinan yang sudah menjadi masalah global yang teutama tersorot pada Negara-Negara Berkembang sudah tidak asing lagi terdengar. Adalah keadaan / kondisi dimana ketidaksanggupannya atas materi - materi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi beberapa diantaranya adalah makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
dapat dibatasi dengan adanya garis kemiskinan yakni batasan / standar hidup dalam pemenuhan kebutuhan paling pokok yaitu Sandang, Pangan, Papan. Garis keturunan tidaklah mudah dintentukan karenanya Garis Kemiskinan tergambar dari bagaimana individu dalam lingkungannya buka berdasarkan ukuran kebutuhannya.
Individu yang tergambar hidup dibawah garis kemiskinan dapat diciri - cirikan seperti di bawah ini :
- Lebih banyak atau umumnya tinggal di desa sealku pekerja bebas (serabutan)
- Tidak memiliki keterampilan apalagi mereka yang banyak berusia muda dan yang hidup di kota ditambah tingkat pendidikan yang rendah, bahkan ironisnya tidak tamat Sekolah Dasar karena harus membantu mencari tambahan penghasilan
- Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal keterampilan, dan lain - lain sehingga tidak berkemungkinan untuk memperoleh asset produksi tersebut.
- Sebagai penyedia tenaga kerja pada bidang - bidang tertentu yang dianggap kurang wajar, kurang sopan, berbahaya. namun tidak dapat dipungkiri bidang tersebutlah yang sangat dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan individu. Contohnya Pemulung (untuk mengolah barang bekas, serta mengurusi masalah limbah rumah tangga), Penambang serta Kuli yang rawan akan kehilangan nyawanya meskipun diberikan jaminan kesehatan apabila terjadi kecelakaan kerja, Hal ini bila dipandang dari Segi Ekonomi
- Dari Segi Politik, berupa symbol perlawanan bagi kelompok lain, serta kaum marginal untuk bersaing bagi kelompok lainnya.
- Fungsi Kultural, yakni sumber inspirasi dan kebijaksanaan dapat tercontohkan lahirnya berbagai seni dan budaya yang terkontribusi dan terangkat dari kemiskinan
- Fungsi Sosial, sebagai mobilitas sosial, sehingga menuntun individu untuk memperoleh atau melakukan mobilitas sosial melalui saluran saluran mobilitas sosial. Diantaranya dapat dicontohkan usaha kegigihan, berusaha keras untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin agar kelak mampu melakukan mobilitas sosial melalui saluran lembaga pendidikan
STUDI KASUS
Kemiskinan Akibatkan Ribuan Anak Telantar
VHRmedia.com, Palu - Sebanyak 54.235 anak di Sulawesi Tengah telantar akibat kemiskinan. Dari jumlah itu banyak di antaranya yang terpaksa menjadi pekerja anak. Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Sulawesi Tengah Sofyan Farid Lembah, Kamis (15/5). "Saat ini tercatat 54.235 anak telantar yang tersebar di Sulawesi Tengah. Jumlah tertinggi di Kabupaten Poso sebanyak 12.002 anak," kata Sofyan, Dari puluhan ribu anak telantar itu banyak di antaranya kini menjadi pekerja. Himpitan ekonomi memaksa anak -anak itu bekerja mencari pendapatan untuk membantu keluarga.Sofyan memerinci jumlah anak telantar di Kabupaten Tojo Una-Una 8.065 anak, Donggala 7.551 anak, Morowali 6.743 anak, Toli-Toli 4.987anak, Parigi Moutong 4.459 anak, Banggai Kepulauan 3.083 anak, dan Banggai 2.912 anak. "Jumlah itu diperkirakan akan bertambah, karena saat ini ada sekitar 112.735 anak yang tamat sekolah dan bersiap-siap mencari pekerjaan," katanya. Menurut Sofyan, di Sulawesi Tengah tahun 2007 terdapat 154.006 penduduk miskin. Dari jumlah itu 24,97% penduduk miskin tinggal di pedesaan dan 12,86% tinggal di perkotaan."Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan di wilayah ini menjadi penyebab banyaknya anak telantar." (E1)
Opini
Kondisi ini sungguh memprihatinkan, keterpaksaan anak untuk meninggalkan bangku sekolah yang sudah seharusnya dikenyam hanya untuk membantu mencari pendapatan keluarga. menurut saya Tidaklah benar tindakan ini, anak meninggalkan bangku sekolahnya. karena satu-satunya cara untuk melepaskan dari kemiskinan dengan pendidikan yang nantinya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, lebih layak dan memadahi. Apabila ingin membantu mencari pendapatan tidaklah salah juga namun jangan sampai sekolahnya terabaikan juga. Harus seimbang. kiranya hal ini dapat menjadi perhatian publik sehingga muncul dermawan dermawan dari pihak yang seharusnya menangani masalah kemiskinan ini akan bagaimana mengatasinya yang menurut saran saya adanya subsidi akan keluarga tersebut sebagai sedikit perbantuan akan tidak bisanya anak membantu mencari pendapatan keluarga disaat mereka mengenyam pendidikan terlebih dahul atau mungkin ada solusi yang lebih efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar