Keluarga
Merupakan Agen Sosialisasi yang terutama dimana proses awal Sosialisasi dimulai disini. Anggota dari agen ini memiliki suatu keterikatan dan ketergantungan yang lebih spesifik. Bisa dibilang ini adalah tahap awal ibarat batu loncatan sebelum beranjak ke masyarakat. mengapa? karena memang ini lah unit terkecil dalam suatu masyarakat. Dimana, tempat belajar mereka (para anggotanya) untuk berkomunikasi (baik itu dalam bentuk verbal maupun non verbal), bertutur kata, bagaimana dalam berperilaku agar selaras (belajar tentang pola tingkah laku) , saling mematuhi dan menghormati, saling memenuhi kebutuhan dan saling melengkapi satu sama lain. Tidak akan ada Masyarakat tanpa adanya Keluarga. Terlihat dari berbagai macam fungsi dan peran keluarga itu tersendiri seperti,
fungsi reproduksi / biologis (memperbanyak keturunan),
fungsi afeksi (memberikan kasih sayang),
fungsi proteksi (memberikan perlindungan),
fungsi ekonomi(memenuhi kebutuhan materi anak)
fungsi edukasi (memberikan pendidikan dan pengajaran baik itu dalam lingkungan keluarga maupun di Lembaga Pendidikan)
fungsi religius (memperkuat iman taqwa dan kepercayaan dan pemenuh kebutuhan rohani)
fungsi sosial (memberikan status / kedudukan pada anggotanya)
Anggotanya diikat dengan hubungan darah. Karena Keluarga tidak hanya bisa terbentuk melalui Perkawinan, namun bisa juga terbentuk melalui perwalian / pengangkatan (untuk itu sering disebut anak angkat, ibu angkat dan lain sebagainya). Terbagi dalam 2 jenis tipe penggolongan yakni keluarga inti (nuclear family yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak) serta keluarga besar (sudah termasuk Kakek, Nenek, Paman, Bibi, dan sanak family lainnya)
Masyarakat
Sekumpulan besar Individu - Individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu memiliki aturan / norma yang berlaku untuk dipatuhi agar tercipta suatu hubungan yang harmonis dan jauh dari pertikaian serta selaras dengan harapan bersama individu anggotanya menuju kesejahteraan. Dapat disimpulkan komponen utama dalam masyarakat adalah Individu dan Norma.
Jadi hubungan antara ketiganya adalah Individu yang terbentuk melalui Agen Sosial Keluarga yang dipersiapkan agar mampu menjadi anggota Masyarakat dan berperilaku selaras dengan harapan Masyarakat. Masyarakat adalah tingkatan lanjt setelah terbentuknya Keluarga yang merupakan tingkatan lanjut pula dari Individu. Maka dari itu bila salah satu komponen itu rusak, maka akan merusak komponen lainnya.
STUDI KASUS KONFLIK DALAM INDIVIDU
Masalah narkoba merupakan masalah nasional dan internasional. Perkembangannya dari hari ke hari sulit untuk diberantas. Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, Irawati Hawari dan Asmarohadi tahun 1998 terhadap 100 penderita atau pasien, hasilnya setiap penderita ketergantungan narkotika jenis opiat (heroin) yang diperiksa, ada 9 hingga 10 penderita lainnya (9,72%). Kematian pada penderita ketergantungan narkotika jenis opiat (heroin) mencapai 17,16%. Dengan demikian, jika ditemukan satu orang korban narkotika, maka jumlah korban narkotika yang ada di sekitarnya diperkirakan adalah 9 atau 10 kalinya. Angka ini pun didukung oleh ketentuan WHO. Risiko kematian, baik akibat over dosis (OD) atau lainnya juga relatif tinggi mencapai 17,16%.
Opini
Dalam kasus ini terlihat kurang baiknya peranan dalam proses sosialisasi. Mengenai pengguna narkotika sebenarnya itu tergantung dalam diri individu masing. Saat ini pun sudah jarang mereka yang tejerumus ke narkoba karena dicela oleh teman temannya. Tapi justru, mereka sendiri lah yang memilih masuk ke lembah hitam tersebut. Ini sangat tragis parahnya hal ini semakin didukung dari faktor keluarga yang brocken, tidak menyenangkan, bahkan terlalu memanjakan dan tidak memberi perhatian sama sekali. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian. Mereka yang terjerumus hanyalah korban, sekarang bagaimana kitanya mensorot dan memperhatikan faktor pendorong mereka-mereka yang terjerumus dengan mengadakan penyuluhan. Membuat suatu hubungan harmonis dalam keluarga, tidak lepas dari itu membumihanguskan Bandar-bandar narkoba juga.
STUDI KASUS ANTAR KELOMPOK
Pada waktu sekarang ini tentunya sudah tidak asing lagi dengan perilaku tawuran yang dilakukan oleh berbagai suporter di kancah liga super indonesia. Bahkan tawuran seperti ini tidak jarang mengakibatkan luka-luka hingga berujung pada kematian. Tawuran ini sangat mudah dipicu dengan saling olok-mengolok antar suporter, tensi pertandingan, kepemimpinan wasit, dan masih banyak pemicu lainnya. Pemicu inilah yang memudahkan munculnya tawuran antar suporter yang merasa geram, tidak terima, ataupun kesal terhadap suporter lawan. Lokasi tawuran sendiri sering juga terjadi dikota-kota besar di indonesia, khususnya daerah barat indonesia. Hal ini senada dengan seringnya pertandingan-pertandingan klub elit di indonesia. Klub elit inilah yang memiliki suatu magnet yang luar biasa dalam mendatangkan keuntungan bagi pihak penyelenggara tetapi juga mendatangkan kerusakan di daerah kota akibat tawuran. Fanatisme dalam persepakbolaan di indonesia memang sangat berlebihan dan bersifat lokal bukan secara universal. Inilah yang dapat mengakibatkan munculnya permusuhan antara pendukung tim satu dengan tim yang lain. Berbeda dengan liga eropa seperti halnya inggris. Fanatisme lebih bersifat universal akibat meratanya pemain tim nasional inggris diberbagai klub liga inggris, dan juga di dukung dengan prestasi yang diraih oleh tim nasional mereka. Jika tim nasional indonesia memiliki reputasi yang baik di kancah internasional maka fanatisme lokal akan berubah menjadi fanatisme universal, akibat meratanya pemain tim nasional yang mereka gandrungi. Sehingga sehingga pemain Medan dianggap juga milik orang Surabaya, pemain Surabaya jadi milik orang Makassar, dan seterusnya.Kefanatikan lokal dapat membuat suatu kelompok menjadi sangat solid kerena mereka mempunyai keterikatan bersama sehingga sikap imitasi dari sebagian besar anggota suporter yang masih remaja ini dikhawatirkan memicu problem sosial yang lebih serius. Mungkin awalnya hanya senang, namun selanjutnya memberi contoh sehingga ikut senang merusak.
http://www.psikologizone.com/konformitas-dalam-perilaku-tawuran-supporter-sepak-bola
Opiniya sebenarnya bukan lah hal yang baru di kancah liga Indonesia, sebenarnya wajar saja bila mereka terpacu oleh karena fanatisme mereka terhadap klub favorit mereka. itu kan merupakan aspirasi mereka dalam bentuk fanatisme. sebenarnya mereka hanya lah tidak tau, belum faham, bahkan tidak mau tau ke arah positif mana mereka harus salurkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar