Kamis, 01 November 2012

Mengkritisi Budaya Berbahasa Indonesia Saat ini

Bahasa tak ayal disebut sebagai kunci penting dari terjadinya suatu komunikasi. Hasil, dampak, kelanjutan dari komunikasi dan hubungan tidak dapat dipungkiri ditentukan dari bagaimana kita berbahasa. Layaknya Sistem Manajemen yang merupakan alat bantu dari sebuah organisasi, Bahasa juga merupakan alat dari sebuah komunikasi.

Dan saya menyebut bahasa juga sebagai suatu sistem, mengapa demikian? karena sebuah sistem dapat dipengaruhi dari berbagai lingkungan masukan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi output (keluaran hasil) dari sistem tersebut. hal ini lah yang akan saya bahas dalam tulisan di blog ini. Yakni mengenai mulai lunturnya budaya berbahasa indonesia yang baik dan benar pada kalangan remaja, bahkan pada usia dini.


Bahasa Indonesia itu sendiri secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada  saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dengan dikeluarkannya KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Bahasa Indonesia secara luas digunakan pada perguruan-perguruan dan berbagai lembaga pendidikan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya. Sehingga perlu diperhatikan mengenai ejaannya yang tentunya menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan. Tidak sedikit Warga Negara Asing dari berbagai mancanegara yang rela berkunjung ke Indonesia untuk mempelajari bahasa indonesia.

Sebelumnya mari kita menengok sekilas akan sejarah bahasa Indonesia:


Pada tahun 1901, mengadopsi ejaan Van Ophuijsen.
contoh penggunaan huruf J untuk menggambarkan huruf Y (Jong Pemuda, Jang terhormat)
Huruf Oe digunakan untuk menggambarkan huruf U (Soeharto, Doeloe (dulu), )
Huruf Tj untuk menggambarkan huruf Ch (Tjikini (Cikini)).
Huruf Dj untuk menggambarkan huruf J (Djakarta).

Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. contohnya perubahan digunakannya huruf Oe untuk menggambarkan huruf U. awalan dan kata depan di yang ditulis serangkai.

Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.


Beberapa revisi dilakukan seperti penghilangan penggunaan huruf tj yang digantikan huruf c ya untuk menggambarkan huruf c. kata dj diganti dengan j untuk menggambarkan huruf j, kata j diganti dengan y untuk menggambarkan huruf y. dan masih banyak lainnya.

dari penjelasan sekilas mengenai ejaan diatas sudah bisa menegaskan pendapat saya akan bahasa yang juga merupakan suatu sistem yang bisa diperngaruhi dari lingkungannya. Lingkungan yang positif bisa merevisi dan memperbaiki Bahasa Indonesia, namun bagaimana akan Lingkungan yang negatif? Inilah yang mengajak kita untuk mengkritisinya.

Saya pun tidak menyalahkan akan penggunaan bahasa 'Lo, Gue'. karena memang bahasa tersebut adalah mutlak bahasa betawi. namun bagaimana dengan bahasa diluar dialeg bahasa daerah? Dimulai dari bahasa bahasa yang menggunakan huruf besar kecil. Bahasa java juga menggunakan huruf besar dan kecil namun masih jelas. cobalah untuk sebuah kasus yang ditemukan pada sebuah nama akun jejaring sosial.

(iya tau kok yang imut)


(oh, vokalis band metal ya? yang benar - benar vokalis band metal pun tidak sampai seperti ini) 

(jadi, namanya siapa?)

terserah !


Belum sampai sini, coba untuk menterjemahkan kalimat dibawah ini:
sedang menghemat pulsa ya ?
terserah !




Yang perlu di kritisi, tidak usah terlalu muluk dalam pengucapan / tutur kata  dengan penggunaan bahasa  Indonesia yang baik dan benar secara sempurna hampir seperti dosen / sastrawan / budayawan. namun, cobalah berusaha bertutur kata selayaknya, sepantasnya,  untuk menghargai para budayawan, penutur bahasa, sastrawan, yang sudah membuat perbendaharaan kata yang sesuai dengan ejaan yang disesuaikan. Perhatikan situasi dengan siapa anda berbicara, waktu yang tepat, kondisi yang bagaimana sewajarnya. Tidak mungkin kan anda tidak menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar saat sidang skripsi? selain untuk memudahkan kita dalam berkomunikasi terhindar dari pengaruh negatif akan penggunaan alat komunikasi anda juga merupakan suatu manfaat budaya berbahasa indonesia yang baik dan benar.. Suatu kutipan kalimat 'bagaimana orang menilai anda, tercermin dari apa yang anda perbuat'.

Terima Kasih





Tidak ada komentar:

Posting Komentar