Sebuah tulisan dan tips.
Sebuah kata fobia tentunya tidak asing di telinga
kita, suatu gambaran umum yang terlintas di pikiran kita mengenai kata ini
tentu mengarah pada ketakutan yang berlebihan sehingga justru karena fobia tersebut
membuat penederitanya menjadi lemah dan tidak bisa menguasai dirinya. Padahal
dalam keadaan normal setiap individu memiliki kemampuan dalam mengendalikan
rasa takut, inilah yang berbahaya dimana ketika seseorang mengalami suatu
trauma sehingga membuatnya mempunyai suatu jenis fobia karena fobia ini terdiri
dari beberapa jenis.
Secara umum dapat didefinisikan bahwa jenis fobia
terbagi atas 2 jenis yakni fobia sosial dan fobia spesifik. Dengan adanya kata
‘sosial’ pada jenis fobia yang pertama besar anggapan saya bahwa jenis fobia
ini merupakan ketakutan akan bagaimana pengidap bersosialisi dan berinteraksi. Diindikasikan dengan ketidaknyamanan yang
berlebihan dalam suatu situasi sosial bahkan rasa malu ketika harus diamati,
berbicara di depan publik apalagi membuat suatu hal yang mana membuat diri
merasa dipermalukan. Cukup berbahaya karena layaknya manusia adalah
bersosialisasi, dalam ilmu sosiologi ditekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial dan tidak akan mungkin manusia bisa hidup sendiri tanpa interaksi dan
bantuan orang lain. Jenis fobia yang kedua adalah fobia spesifik yang menurut
saya lebih terfokus sejauh mana pengidap fobia ini memiliki rasa takut yang
berlebihan akan suatu hal dan kondisi tertentu. Untuk lebih spesifik mengenai fobia ini
disebutkan beberapa fobia jenis kedua ini seperti: Fobia pada binatang (laba –
laba, ular, anjing), fobia akan petir/kilat, fobia akan keadaan gelap gulita, fobia
akan ketinggian (acrophobia), fobia pada ruangan sempit (agoraphobia), namun
pada tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai fobia akan ketinggian.
Achrophobia adalah sebuah ketakutan yang berlebihan(fobia)
akan suatu tempat tinggi. Hal ini didukung mengenai pandangan perspektif
seseorang (dalam hal ini adalah sang penderita acrofobia) pada suatu bagunan atau tempat dimaa posisi
penderita berada. Dapat dicontohkan seorang penderita fobia memiliki pandangan,
memikirkan ketinggian sebuah gedung yang mana jauh lebih tinggi akan ketinggian
yang sebenarnya. Seperti penyebab umum fobia, munculnya pandangan ini mungkin
karena adanya rasa trauma mendalam mengenai kejadian yang pernah dialaminya
atau dilihatnya (terjatuh dari gedung / hampir jatuh dari gedung atau melihat
langsung kejadian kematian orang terjatuh dari gedung). Penderita acrophobia
biasanya ketika dihadapakan pada posisinya yang sedang berada ditempat tinggi
akan merasa tegang, berkeringat, mual, pusing, gelisah. Hal yang membahayakan penderita pada kasus
acrophobia ini adalah ketika penderita acrofobia berada dalam rasa takut fobianya
saat di sebuah gedung tinggi ada suatu ajakan / bisikan untuk melompat terjun
ke bawah.
Bukan berarti fobia itu tidak dapat disembuhkan
namun tidak ada salahnya apabila sebuah terapi mengenai penanggulangan fobia
dilakukan seperti:
Penyuluhan dari sisi psikis seperti konsultasi
dengan psikoterapis mengenai permasalahan fobia dan bagaimana cara efektif
untuk mengatasi dan melawan fobia. Atau bisa juga dengan dilakukannya berbagai
terapi penyembuhan fobia secara bertahap.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar