Sabtu, 01 Desember 2012

Egoisme, dihilangkan atau dibiarkan ?



Sebuah Tulisan

Mutlak ada dalam setiap pribadi individu tertanam sifat ego yang berhubungan dengan konsep diri.  Pribadi yang unik terbentuk dari ego yakni bagian yang terogranisir realistis  berkenaan dengan moral.
Secara umum penyebab umum sifat egoisme tumbuh pesat dan besar dalam diri seseorang terutama ditentukan dari bagaimana dia diperlakukan orangtua semenjak masih kecil dan dalam proses perkembangan dirinya. Seseorang yang terlalu dimanjakan dimulai dari usia dini cenderung lebih memiliki sifat egoisme yang tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pandangan dari anak tersebut bahwa setiap keinginannya pasti selalu dipenuhi oleh orangtuanya, maka pada prosesnya juga akan tertanam bahwa segala hal yang diinginkannya harus terpenuhi. Sehingga tidak jarang individu ini terlalu mementingkan diri sendiri untuk terpenuhinya keinginan tersebut. 

Hal yang berkesinambungan dengan konteks bagaimana perhatian didapat oleh anak   juga bisa berupa bagaimana dia mendapat perlindungan dari orangtuanya. Tentunya setiap orang tua tentu ingin memberi yang terbaik untuk anaknya apalagi dalam hal perlindungan namun tanpa disadari memberikan perlindungan yang berlebihan (bahkan hingga overprotektif)  juga menurut saya kurang signifikan. Secara tidak langsung membuat individu atau anak tadi menjadi tipikal manusia manja sertta tidak dapat dipungkiri dapat  menumbuhkan sifat egois yang tinggi. kurang dalam hal memberikan perhatian terhadap anak juga berdampak buruk pada perkembangan diri seseorang yang mana nantinya terbiasa untuk mencari perhatian di luar lingkungan primernya baik itu dengan bentuk kekerasan (violence) ataupun bukan dalam bentuk kekerasan (non-violence) dengan tujuan terpenting adalah dirinya diperhatkan, dihargai tanpa memikirkan cara pencapaiannya meskipun itu menggunakan sifat egois.   Maka saran saya perlu diperhatikan dalam kadar atau ukuran porsi dalam memberikan perhatian dan perlindungan kepada anak.

Menurut saya sifat egoisme ini tidak akan bisa dihilangkan, cara yang bisa dilakukan hanyalah bagaimana kita mengurangi sifat egois ini. Sifat ego bukanlah suatu kekurangan dalam diri manusia namun juga bukan kelebihan dari diri manusia. Ini semacam pelengkap dalam suatu kompleksitas kesempurnaan manusia. Tinggal bagaimana kita mengaturnya dalam menggunakannya berdasarkan waktu, keadaan, situasi, dan kondisi. Dapat dicontohkan seperti ini;
dalam sebuah ujian seorang mahasiswa dengan waktu ujian terbatas tidak sempat memikirkan temannya yang ingin mencontek atau meminta jawaban (apalagi menerangkan) hal ini tidaklah salah ketika harus menggunakan ego karena situasi tepat yakni dalam ujian yang mana bukan hanya akan mendapat sanksi apabila tertangkap basah pengawas selain itu juga membodohi teman sendiri karena ujian menguji tolak ukur ketidakpahaman seseorang akan materi yang diberikan, ketika tidak paham mungkin bisa menjadi bahan pelajaran. Apabila ingin menerangkan tentunya adalah sebelum ujian ketika situasinya adalah dalam kerja kelompok atau belajar kelompok. Tentunya berbeda juga situasinya dalam belajar kelompok dan kerja kelompok dimana kita harus membaur kerja bersama mengurangi individualitas sehingga bukan saja hasil yang maksimal atas kerja kelompok namun setiap anggota kelompok juga menjadi paham akan materi maupun teknis dari hasil kerja kelompok tersebut.

Akhir kata, selamat menggunakan sifat ego dengan bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar